Selasa, 10 Juli 2012

BERAWAL DARI MIMPI - Eka Kumala Sinta [ MAHASIWI UI ]

Eka Kumala Sinta (Kesejahteraan Sosial 2006)
24 Nopember 2008 (7:10 AM)
Mimpi, adalah kunci..
Untuk kita menaklukan dunia
(Nidji, Laskar Pelangi)

Mimpi, mungkin memang benar bahwa semua ini berawal dari mimpi. Terkadang, saya sendiri masih sulit mempercayai bahwa apa yang saya impikan kini menjadi nyata. Dulu, ketika SMA saya termasuk siswa yang biasa-biasa saja, jauh dari kesan siswa yang populer, pintar dan berprestasi. Saya menyadari keterbatasan dan kekurangan saya dalam beberapa hal. Tapi, ditengah semua keterbatasan yang ada, saya mempunyai satu mimpi yakni bisa kuliah di UI.
Berawal dari mimpi itu, saya mulai mempersiapkan diri sejak dini. Kelas 2 SMA, ketika teman-teman yang lain mungkin belum kepikiran SPMB, saya sudah minta dibeliin buku latihan SPMB. Yaa..meskipun tentu belum bisa mengerjakan soal-soalnya, setidaknya saya sudah buka-buka dan mendapatkan sedikit informasi mengenai liku-liku SPMB. Dan sejak itu saya terus berusaha mencari informasi mengenai SPMB dan UI tentunya. Setiap kali ke warnet, hampir bisa dipastikan bahwa www.ui.ac.id adalah website utama yang saya kunjungi. Gambar rektorat dan balairung serta stiker UI mejeng di berbagai sudut kamar dan buku-buku pelajaran, sebagai pengingat dan motivator.
Di samping motivasi yang selalu saya jaga dan informasi yang saya update, saya juga berusaha meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan soal-soal SPMB. Mulai dari mencoba disiplin latihan soal, bimbel dan ikut try out. Terasa berat dan sulit memang, kadang saya sering merasa buntu dan lelah menyelesaikan soal-soal itu. Seringkali, saya merasa sudah berusaha sekuat tenaga tapi tak juga bisa menyelesaikan soal-soal itu.
Target jumlah soal terjawab yang saya terapkan tak kunjung tercapai. Saya menyadari kemampuan akademis saya terbatas, dan hampir ingin menyerah. Saya pikir, sekuat apapun motivasi saya dan sebanyak apapun informasi yang saya miliki, itu tidak akan cukup jika saya masih tidak bisa menguasai teknik penyelesaian soal-soal SPMB. Tapi, saya memilih untuk bertahan dan tetap berusaha. Saya memilih untuk terus melangkah, meski sekecil apapun kemajuan yang saya capai. Saya bertekad untuk tidak akan berhenti, karena berhenti berarti mati.
Alhamdulillah, saya mempunyai kedua orang tua yang sangat mendukung dan setia membesarkan hati saya. Dengan keyakinan dan dukungan tersebut, saya berusaha dan tidak ingin mengecewakan mereka. Tetap bertahan, melangkah dan berprasangka baik padaNya adalah pegangan saya ketika dalam masa-masa sulit perjuangan SPMB.
…………..
Kalau kau kejar mimpimu
Salut!
Kalau kau ingin berhenti
Ingat tuk mulai lagi
Tetap semangat!
Dan teguhkan hati
Di setiap hari
Sampai nanti
Sampai mati
………..
(Letto,sampai nanti sampai mati)

Meskipun banyak hambatan dan kesuliitan yang dihadapi, saya menyadari bahwa mimpi saya terlalu berharga untuk dilupakan. Merupakan sebuah kerugian besar jika saya menyerah di tengah jalan. Maka dari itu, ketika menghadapi berbagai hambatan yang saya alami, maka yang saya lakukan adalah mengubah strategi. Ketika hasil try out saya masih jauh dari jurusan yang saya harapkan, maka saya mengikuti saran dari pembimbing dan senior untuk menurunkan target jurusan yang sesuai dengan kemampuan saya namun tetap sesuai dengan minat, bakat dan keinginan saya. Keputusan untuk merubah pilihan jurusan saya komunikasikan terlebih dulu dengan kedua orang tua, hal ini bertujuan untuk meminta pertimbangan sekaligus menyampaikan kesulitan yang saya hadapi. Akan lebih baik, ketika kita akan memutuskan sesuatu terlebih dulu mengkomunikasikan dengan orang tua.
Dan akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Saya dan teman-teman mempersiapkan diri sejak pagi untuk mengikuti SPMB. Kebetulan, Alhamdulillah tempat SPMB saya dekat dengan lokasi kos-kosan yang saya dan teman-teman tempati selama ini. Sementara sebagian besar teman-teman harus menempuh jarak berkilo-kilo meter dan menggunakan angkot beberapa kali serta harus berangkat pada pagi buta, saya dan beberapa teman seperjuangan lain mendapat tempat di UI, tepatnya di gedung perkuliahan Fakultas Psikologi.
Ketika mengerjakan soal-soal SPMB, saya menyadari bahwa saya tidak bisa menyelesaikan semua soal dengan baik dalam waktu yang disediakan. Maka dari itu, saya menggunakan strategi mengerjakan soal yang mudah terlebih dahulu serta hanya menjawab pada jawaban yang saya yakin benar. Saya berhati-hati untuk tidak menjawab sembarangan dengan menebak atau berspekulasi, karena satu kesalahan akan mengurangi nilai saya. Untuk itu, soal-soal yang terlalu sulit atau meragukan bagi saya, lebih baik tidak saya jawab. Selain itu saya juga mempunyai target minimal soal yang harus yakin saya jawab dengan benar.
Dua hari yang menentukan itu pun berlalu, peperangan awal telah usai, dan yang tertinggal adalah kepasrahan akan hasil yang akan didapatkan. Ketika kita telah mengusahakan yang terbaik, maka yang diperlukan selanjutnya adalah berprasangka baik padaNya serta mempersiapkan diri akan hasil apapun yang diperoleh.
Setelah SPMB usai, saya mengikuti beberapa tes seleksi perguruan tinggi lainnya, seperti USM STAN dan Ujian lokal UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Saya mengikuti keduanya, sebagai persiapan seandainya SPMB saya tidak diterima.
Sebulan setelah SPMB merupakan hari yang ditunggu-tunggu. Hari itu merupakan hari yang menegangkan, karena pada pukul 23.59 WIB akan diumumkan hasil SPMB tahun 2006. Penerimaan SPMB merupakan hal yang penting bagi saya dan keluarga, karena hal tersebut merupakan sesuatu yang kami sekeluarga perjuangkan, dan terutama itu adalah salah satu mimpi ayah saya yaitu, anaknya bisa kuliah.
Berhubung saya tinggal di kampung dan belum ada warnet, maka satu-satunya cara untuk mengetahui hasil SPMB secara cepat adalah dengan menggunakan koneksi internet HP. Maka dari itu, detik-detik setelah menonton malam final Indonesian Idol waktu itu merupakan salah satu momen menegangkan bagi kami sekeluarga. Menjelang pukul 23.59, kami sekeluarga berkumpul di ruang tamu untuk mengetahui hasil SPMB. Tepat pukul 23.59 saya mulai menyalakan HP dan memasukkan nomor peserta SPMB.
Sebelum saya meng-klik tombol proses, Bapak dan Ibu mendekat ke arah saya untuk mendampingi dan menguatkan apapun keputusannya. Dan saat itu, tak kan terlupakan dalam hidup saya…. Ketika 7 buah huruf berwarna biru muncul di HP saya menunjukkan kata SELAMAT, nomor peserta XXXXX diterima di jurusan XXXXXX…. Alhamdulillahirabbil’alamiin, aku keterima! Dan dua kecupan pun mendarat di kedua pipi saya, Subhanallaah… Allahuakbar!!! Meskipun waktu sudah menunjukkan tengah malam, saya tak bisa menyembunyikan rasa gembira yang dirasakan, Alhamdulillah….. Rasanya senang sekali ketika apa yang kita inginkan dan perjuangkan dapat tercapa dan tidak sia-siai. Alhamdulillahirabbil’alamiin….
Malam itu, Ibu mengingatkan saya untuk sujud syukur dan langsung istirahat. Akan tetapi setelah menunaikan sujud syukur, saya tidak bisa istirahat melainkan langsung menelpon teman-teman seperjuangan dan meminta nomor peserta mereka untuk mengetahui hasil SPMB mereka.
Setelah mengetahui hasil SPMB, saya dan beberapa teman lain yang diterima di UI langsung berangkat ke Depok untuk melakukan proses daftar ulang, pendaftaran asrama, dsb. Alhamdulillah semua proses tersebut berjalan lancar, hingga saya bisa menjalankan perkuliahan sebagai mahasiswa baru Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP UI.
Saya bersyukur, bahagia dan bangga menjadi bagian Universitas Indonesia. Saat ini saya sedang melanjutkan perjuangan dengan menikmati aktivitas perkuliahan agar bisa segera menyelesaikan perkuliahan dengan baik dan tepat waktu, serta berusaha selalu mempersambahkan yang terbaik untuk orang tua. Amiin….
SEMANGAT…!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar