Selasa, 10 Juli 2012

PENGALAMAN HASANUDIN MENUJU UI


Allah Memberikan yang Kita Butuhkan Bukan yang Kita Inginkan                                                     
            Cerita ini adalah kisahku yang memberikan pelajaran berharga dalam hidupku sebelum aku berlabuh di Universitas Indonesia. Tidak pernah terbersit dalam pikiranku bahwa aku akan masuk ke Universitas Indonesia. Cerita ini diawali dengan mimpi masa kecilku yang terus tumbuh hingga aku duduk di bangku SMA untuk menjadi mahasiswa di Institut Teknologi Bandung. Mimpi ini adalah integrasi dari keinginan yang aku karang dan hasil doktrin dari orang orang di sekitarku.                                                                                                                                                   
            Nama lengkapku, seharusnya, Hasanuddin Ritonga. Aku lahir di Jakarta pada tanggal 2 Oktober 1994. Sejak kecil aku berkeinginan untuk berkuliah di Institut Teknologi Bandung, institusi pendidikan teknik paling terkenal di Indonesia. Institut yang terkenal dengan jargonnya “In Harmonia Progressio“ yang berarti kemajuan dalam keselarasan itu terkenal pula sebagai institut yang menghasilkan insinyur-insinyur handal yang bekerja baik di dalam maupun di luar negeri. Kata orang, masuk ITB itu susah, belajar disana susah dan keluar bisa mudah bisa susah. Keluar dari ITB mudah dikarenakan ITB terkenal sebagai perguruan tinggi yang paling banyak men-drop out mahasiswanya, susah dikarenakan lulus dari ITB tidak mudah.                                                               
            Saat awal masuk SMA, aku tidak tahu jurusan mana yang harus kupilih di ITB nanti. Hal itu dikarenakan aku hanya berpikir yang penting masuk ITB, entah jurusan apa yang penting judulnya aku seorang mahasiswa ITB. Aku suka bermimpi ketika seseorang bertanya kepadaku, ”Kuliah dimana San?” aku akan menjawab, ”Kuliah di Bandung, Pak!” Kemudian dia bertanya lagi, ”Iya, di daerah mana?” aku pun menjawab, ”Di jalan Ganesha,” Dia bertanya lagi,”Kampus apa itu?” aku  pun akan dengan bangga akan menjawab ”ITB”. Aku berpikir betapa bangganya diriku ketika berkata bahwa aku kuliah di ITB. Memang kesannya sangat terlihat sombong kalau kuliah di ITB, namun entah mengapa aku sangat ingin berkuliah di institusi tersebut.                                                               
            Lalu, aku berpikir untuk memilih suatu jurusan di ITB. Aku bertanya ke orang-orang dan ke orang tua tentang jurusan mana yang harus kupilih nanti. Orang tua menyarankanku untuk masuk ke teknik sipil. Alasannnya karena hitung-hitungan teknik sipil terkenal susah. Aku tertarik untuk masuk ke jurusan tersebut karena kuanggap masuk teknik sipil itu sebuah tantangan. Namun entah kenapa, lama kelamaan minatku berkurang terhadap teknik sipil. Mungin dikarenakan pekerjaan seorang teknik sipil kurang menantang bagiku atau mungkin ada alasan lain. Namun, satu yang pasti, niatku untuk berkuliah di ITB tetap tidak goyah dan tidak pernah luntur.                                                                                                                                                                                                                             
            Awal kelas 3 merupakan awal yang menentukan dikarenakan akan menghadapi Ujian Nasional dan Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Aku juga harus fokus belajar agar bisa mendapat SNMPTN jalur Undangan. Aku pun dipanggil orang tua untuk menanyakan bagaimana tujuan setelah lulus SMA nanti. Aku pun dengan tegas menjawab mau masuk ITB tapi tidak tahu mau jurusan apa. Aku jelaskan semua jurusannya dengan semua informasi yang aku tahu. Lalu ayah pun menyuruhku untuk memilih FTTM (Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan). Aku tidak tahu mengapa ketika ayahku menyuruhku untuk melakukan sesuatu aku tak kuasa untuk menolaknya.
            Aku langsung mencari info tentang dunia perminyakan dan pertambangan baik persaingan untuk masuk ke jurusan tersebut, prospek pekerjaan maupun hal-hal yang dipelajari di fakultas tersebut. Ternyata, jurusan yang paling aku minati adalah teknik perminyakan. Aku mencari lagi pekerjaan yang dilakukan oleh seorang teknik perminyakan seperti driller, reservoir, konsultan. Driller terlihat keren kupikir karena bekerja di bagian pengeboran minyak baik di laut lepas maupun di tengah hutan rimba. Sejak saat itu kuputuskan untuk mejadi seorang drilling engineer. Sejak semester 5, aku mulai belajar serius untuk mencapai impianku menjadi seorang drilling engineer lulusan teknik perminyakan ITB. Tak lupa aku pun mengambil kursus untuk menambah jam belajarku.                                                                                                                                                   
            Semester 5 pun terlewati. Namun sayang, nilai di semester ini tidak lebih baik dari semester sebelumnya. Bahkan banyak mata pelajaran yang nilainya menurun. Yasudahlah. Aku cukup frustasi melihat nilai-nilainya karena jauh dari ekspektasi yang selama ini kubayangkan. Kupikir dengan nilai segini tidak bisa masuk ke jurusan yang aku idam-idamkan.                                                                   
            Persyaratan SNMPTN Undangan pun keluar. Aku semakin frustasi saja. Bagaimana tidak? Ternyata yang dimasukkan untuk dinilai dalam SNMPTN Undangan hanya nilai pelajaran yang di-UN kan saja dan hanya dari semester tiga sampai semester lima. Padahal di tahun sebelumnya, semua pelajaran dari semester satu sampai semester lima dimasukkan juga dalam persyaratan. Betapa kecewanya diriku. Padahal, nilai semester satu dan semester dua-ku bisa dibilang lebih tinggi jika dibandingkan teman-teman yang lain. Ketika kelas sepuluh, aku sudah memakai kecepatan tinggi dalam bidang akademik. Rasanya semua pelajaran non-eksak yang kubanggakan seperti kewarganegaraan, TIK, penjaskes, agama Islam seperti hal-hal tidak penting yang aku pelajari. Menyesal diriku sungguh menyesal, mengapa dulu aku mengejar pelajaran non-eksak sedangkan pelajaran eksak aku abaikan? Hanya matematika-lah pelajaran eksak yang aku banggakan dalam kehidupan SMA. Mengapa persyaratan Undangan tidak keluar dari awal SMA saja agar aku bisa siap? Yasudahlah mau bagaimanapun aku mengeluh, nilai raporku tetap tidak akan berubah. Ini yang dinamakan sebagai takdir. Karena kecewa oleh nilai rapot dan pengumuman persyaratan SNMPTN Undangan, aku pun menyiapkan diriku untuk bertempur di SNMPTN jalur tertulis.                              
            Suatu ketika di sekolah diadakan Edu Day. Edu Day merupakan kegiatan pameran perguruan tinggi yang diadakan oleh para alumni untuk memberikan pengetahuan mengenai perguruan tinggi kepada adik-adik kelas mereka. Di dalam Edu Day ada sebuah seminar yang memberikanku sebuah hal penting. “Jangan pernah berpikir terlalu pendek untuk memilih suatu jurusan. Tapi berpikirlah jauh ke depan mau terjun ke dunia seperti apa ketika bekerja nanti kemudian baru mundur berpikir ke belakang jurusan apa saja yang dibutuhkan untuk masuk ke dunia tersebut.” Kata-kata inilah yang benar-benar kupakai sebagai pegangan sekarang ini                                                                               .
            Pengumuman daftar siswa-siswi yang berhak mengikuti SNMPTN Undangan pun muncul. Alhamdulillah, aku termasuk di dalamnya walaupun namaku hanya tercantum di peringkat 61. Peringkat yang memalukan sekali kupikir. Aku pun kembali bingung. Jurusan apa yang harus aku pilih dengan nilai dan peringkat yang seadanya? Aku yakin walaupun aku memilih FTTM ITB, kemungkinan aku diterima sangat kecil bahkan mendekati nol karena sadar akan nilaiku yang pas-pasan atau bahkan kurang. Setelah berkonsultasi, mama menyuruhku untuk memilih metalurgi UI saja karena dia berkaca pada sepupunya, seorang lulusan metalurgi UI yang sekarang sudah memiliki usaha pertambangan timah. Cukup keren kupikir. Mama tidak setuju kalau aku, anak pertamanya, kuliah di ITB. Dia lebih setuju anaknya kuliah di UI. Ya tapi entah kenapa aku tetap tidak bisa melepaskan baying-bayang hegemoni  ITB yang terpatri kuat di benakku. Aku juga tidak bisa melepas begitu saja impianku untuk masuk ke teknik perminyakan. Inikah yang disebut “ketika impian dan relita bertemu keinginan orang tua”? Aku tidak tahu apa yang harus aku pilih untuk masa depanku nanti. Berulang kali aku konsultasi ke guru konseling, namun hasilnya nihil. Aku tetap bingung akan apa yang harus kulakukan.                                                                                                                                                                                                                                                                    
            Akhirnya aku tetap kekeuh dengan kemauanku untuk masuk FTTM. Aku berpikir, aku siap dengan segala resikonya apabila aku gagal dengan SNMPTN Undangan. Toh setidaknya lebih baik sudah mencoba walaupun gagal daripada belum pernah mencobanya dan mati penasaran (p.s. ini berlebihan). Aku pun memilih FTTM ITB dan Teknik Geologi UGM karena kupikir jurusan Geologi masih ada kaitannya dengan bidang eksplorasi minyak. Dengan mengucap basmalah, aku memilih jurusan tersebut.                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
            Selang beberapa waktu setelahnya, muncul jalur Undangan baru tapi khusus Universitas Indonesia, yaitu PPKB S1 Paralel. Rasa penasaranku muncul, jadi kucoba untuk browsing mengenai infonya di Mbah Google. Ternyata hanya 20 orang dari tiap sekolah yang boleh ikut untuk jalur ini. Dengan segala pertimbangan akhirnya aku mencoba daftar ke sekolah untuk ikut jalur tersebut. Aku bingung jurusan mana yang harus aku pilih tapi kupikir ya coba aja dulu, diterima atau tidak itu urusan belakangan.                                                                                                                                    
            Setelah lama menunggu, kupikir sekolah tidak memproses PPKB UI. Akhirnya pengumuman yang berhak mengikuti PPKB pun muncul. Tepatnya hari Jumat setelah Ujian Nasional. Sudah dua bulan sejak aku mendaftarkan diri untuk mengikuti jalur ini. Alhamdulillah ternyata namaku muncul di daftar dua puluh orang beruntung tersebut. Aku senang namun bimbang. Jurusan mana yang harus aku pilih di UI? Kalau ada teknik perminyakan pasti kupilih teknik perminyakan. Tapi sayangnya tidak ada. Teknik perminyakan di PTN hanya ada di institut teknologi di Kota Kembang. Mungkin saatnya aku mencari jalan lain ke dunia perminyakan. Aku pun berselancar ria di dunia maya mencari info mengenai dunia perminyakan. Ada dua jurusan yang mengarahkanku ke dunia tersebut, teknik kimia dan teknik metalurgi.                                                                                                                       
            Aku pun bingung jurusan mana yang harus kupilih. Teknik metalurgi bisa berperan sebagai corrosion engineer sedangkan teknik kimia sebagai processing engineer. Teknik kimia-lah yang lebih menarik perhatianku. Seorang lulusan teknik kimia bertugas dalam pengolahan minyak mentah menjadi minyak siap pakai. Namun aku tetap bingung karena mama-ku kembali menyarankanku untuk memilih teknik metalurgi. Aku pun bertanya ke seorang teman dekatku yang kupercaya. Namanya Dinar (yang cantik manis imut dan baik hati tidak sombong serta rajin menabung HAHAHAHAH). Dinar itu mungkin lebih dari sekedar teman mungkin bisa kusebut sebagai “gebetan”.  Dinar itu seorang wanita yang bercita-cita menjadi dokter di Universitas Indonesia. Aku bertanya kepadanya lebih baik teknik kimia atau teknik metalurgi? Aku pun menyuruhnya mencari kurikulum yang dipelajari jurusan tersebut. Dari hasil pencariannya diketahui bahwa teknik metalurgi lebih banyak pelajaran kimia sedangkan teknik kimia lebih banyak pelajaran fisika.                                                                                                                                                         
 Aneh memang, Namanya teknik kimia tetapi kok isinya lebih ke fisika? Yasudahlah… tidak penting juga sih. Dinar menyarankanku untuk masuk ke teknik kimia. Aku yang notabene lebih suka fisika daripada kimia yang ribet itupun, memilih teknik kimia dalam PPKB S1 paralel. Mama-ku pun luluh karena akhirnya dia mau membirkan anaknya memilih keinginnnya sendiri. Aku pun segera memilih jurusan tersebut dan melakukan scan terhadap data-data yang diperlukan. Akhirnya semua pun rampung. Pengumuman SNMPTN Undangan bersamaan dengan pengumuman PPKB S1 paralel, yaitu pada tanggal 28 Mei 2012. Sambil menungggu pengumuman, aku tetap belajar baik di bimbel, bersama teman ataupun di rumah kalau saja aku harus bertarung lewat SNMPTN tulis.                                                                                                                                                           
            Selama menunggu, aku pun sudah daftar untuk SNMPTN tulis untuk berjaga jaga kalaupun harus meraih impian melalui ujian tertulis. Aku mengambil IPC karena kupikir hanya untuk sekedar mendapatkan tempat test yang ber-AC dan nyaman. Namun itu semua berpengaruh dalam mengerjakan soal karena dalam mengerjakan soal TPA dan kemampuan dasar dibutuhkan ketenangan dan kenyaman. Aku memilih FTTM ITB, Teknik Metalurgi UI dan Akuntansi Unpad. Aku pun akhirnya mengikuti nasihat mama-ku untuk memilih metalurgi karena kupikir selama ini aku terlalu keras kepala dan tidak mau mendengarkan nasihat orang tua. Kalaupun nanti aku diterima di salah satu jurusan tersebut, aku harus tetap menerima segala hasilnya                                                            .
            Pada tanggal 26 Mei 2012 (2 hari sebelum pengumuman resmi Undangan), aku dan keluarga jalan jalan ke Dufan, Ancol. Ketika keluar dari rumah cermin sekitar pukul 15.30 aku mendapat kabar dari Dinar kalau pengumuman Undangan dipercepat menjadi tanggal 26 Mei pada jam 17.00. Aku bingung dan kaget. Kenapa tiba tiba dipercepat? Aku belum siap melihat hasilnya nanti, bagus kalau diterima, kalau tidak bagaimana? Bisa frustasi mungkin. Sebelum jam 5,  aku pun shalat Ashar dulu dan berdoa kepada Allah mudah-mudahan diterima di salah satu jurusan. Setalah melihat aku dan keluarga berencana naik gondola untuk melihat pemandangan ancol dari kereta gantung. Namun sialnya diriku ketika membaca hasil seleksi yang mengatakan “Maaf,Anda Tidak Lulus Seleksi”.                                                                                                                                                                        
            Setelah mendengar kabar menyedihkan tersebut, aku dan keluarga naik kereta gantung gondola. Rasanya aneh bagiku karena aku belum bisa menghilangkan kekecewaanku dalam kegagalan tersebut. Sangat sulit menghilangkan perasaan gagal dalam diriku. Aku bingung apa yang harus aku lakukan. Tiba tiba, aku menerima bbm dari Dinar. Ternyata dia bernasib sama denganku. Aku lebih bingung mengapa dia gagal. Padahal nilai dia sangat bagus dan dia memiliki serifikat Olimpiade Sains tingkat Nasional dan sertifikat lainnya. Walaupun sertifikat itu dalam bidang Astronomi yang tidak berhubungan dengan jurusan kedokteran, aku tetap tidak percaya. Dia dikalahkan oleh salah satu siswa di sekolah yang nilainya sedikit lebih tinggi daripadanya namun tidak memiliki sertifikat. Rasanya SNMPTN Undangan sangat aneh. Sertifikat OSN tidak berguna berguna untuk SNMPTN Undangan. Ternyata Dinar lebih kecewa daripada aku.                                                                                                                                                                                                     
            Sampai di rumah, aku pun masih menyesali kegagalanku. Aku belum bisa beranjak dari hal tersebut. Namun, aku kembali mengingat kembali masa laluku. Aku harus siap akan segala konsekuensi apabila aku gagal. Aku sudah tahu aku akan gagal namun mengapa aku harus kecewa ketika aku gagal? Orang yang siap untuk sukses harus siap untuk gagal. Itulah yang menjadi peganganku ketika aku gagal. Mulai esok hari, aku harus belajar lebih giat lagi untuk SNMPTN Tertulis sehingga aku bisa meraih impianku kuliah di FTTM ITB.                                                         
            Dua hari kemudian, tepatnya tanggal 28 Mei 2012 merupakan hari pengumuman untuk PPKB UI. Pengumumannya dapat dilihat mulai pukul 18.00. Aku tidak sabar menunggu pengumuman tersebut. Rasanya lebih mendebarkan dari pengumuman SNMPTN Undangan. Entah kenapa, aku lebih pasrah akan hasil yang akan tertera di laptop nanti, entah diterima atau tidak diterima mungkin itulah jalan terbaik yang Allah berikan untukku. Pada hari itu aku lebih mendekatkan diri kepada Allah untuk diberikan hasil yag terbaik.                                                                                                                                                                                                                                                                       
            15 menit sebelum pengumuman, jantungku semakin berdetak kencang. Untuk menghilangkan perasaan dag dig dug, aku pergi ke mesjid untuk shalat Maghrib. Sambil berharap perasaan yang ada di dalam jantungku segera mereda. Aku pun pergi ke mesjid dengan perasaan was was. Akan Allah bawa kemanakah hidupku ini? Selama shalat pun aku masih belum bisa menghilangkan perasaan itu. Setelah shalat, aku tidak langsung pulang. Aku ingin menenangkan diri dahulu sehingga diberi kesiapan menerima hasil nanti.                                                                                                                 
            Sesampainya di rumah, aku merasa sangat janggal. Pintu rumah yang biasanya terkunci, tiba-tiba saja dapat kubuka dengan mudah. Dan ketika kulihandisi ruang tamu, tidak ada oramg. Televisi pun menyala tanpa ada seorangpun yang menonton. Namun, gambar di televisi itu tidak bergerak. Aneh memang. Ketika ku dekati betapa tekejutnya diriku. Di televisi tersebut terpampang hasil PPKB UI. Di layar tersebut tertera tulisan berwarna hitam yang di-bold ”Selamat, Anda diterima di Universitas Indonesia”. Betapa terkejutnya diriku. Saat itu juga aku langsung sujud syukur kepada Allah SWT. Aku pun berteriak kegirangan karena berhasil diterima di Universitas Indonesia. Orang-orang seisi rumah pun menghampiriku, baik nenek, ibu, dan tiga adikku. Aku menangis di pelukan nenekku, tapi bukan berarti aku cengeng lho. Aku pikir inilah nikmat luar biasa yang Allah berikan kepadaku. Aku bingung ingin berkata apa. Rasanya hatiku senang sekali. Rasanya terbayar selama ini perjuanganku selama tiga tahun menempuh pendidikan di sekolah menengah atas. Ternyata ini semua ide adikku untuk menampilkan hasil seleksi di televisi. Dia menyambungkan laptop ke televisi menggunakan kabel untuk mengejutkanku. Saat itu tidak henti-hentinya aku mengucapkan terima kasih kepada Sang Maha Pencipta, Allah SWT.Terima kasih kepada ayah dan mama yang telah mendidikku dan merawatku sampai aku seperti ini. Terima kasih kepada nenekku yang merawatku ketika aku kecil. Terima kasih kepada ketiga adikku: Husain, Hisyam dan Khairunnisa yang mau membantuku.                                                                                                                                            
                                                                                                                                                                                                    

                                                                                                                                                                 
            Aku pun segera memberi tahu hal ini kepada teman-temanku. Aku ingin berbagi sedikit kebahagiaanku kepada teman-temanku. Aku juga berterima kasih kepada teman-teman yang telah membantuku. Terima kasih kepada Dinarda yang membantuku belajar selama kelas tiga, Terima kasih kepada Ayu Sary yang membantuku belajar ketika kelas dua dan tiga. Terima Kasih kepada Adrian yang membantuku belajar selama kelas satu dan dua. Terima kasih kepada Hizkia yang telah membantuku belajar selama di kelas. Terima kasih kepada sekbid lima yaitu Fathan, Aisyah, Karinna, dan Bunga yang membantuku berorganisasi selama SMA. Terima kasih kepada Ketua Osis, Adnil, yang selalu memberikan saran kepadaku. Terima kasih kepada FW yaitu Yuka, Dieski, Rafif, Aqsha, dan Yolanda. Terima kasih kepada para ketua ekskul yang telah membantuku. Terima kasih kepada Passionate, Alchemist dan Obelix. Terima kasih kepada seluruh teman-teman angkatanku, Batik 12. Aku tidak akan mungkin bisa masuk UI tanpa dukungan dan doa-doa dari kalian semua                       
        Aku pun segera mencari info mengenai teknik kimia dan hal hal yang akan dipelajari dalam teknik kimia. Ternyata Allah benar-benar memberikan apa yang aku  butuhkan. Seorang sarjana teknik kimia bisa bekerja sebagai seorang driller, reservoir, dan bisa mengambil alih pekerjaan teknik elektro dan teknik mesin. Ternyata masih banyak jalan menjadi seorang driller. Ini memang benar benar jurusan yang kuinginkan. Benar-benar tidak ada yang tidak terencana di dunia ini. Maka saya percaya, selepas hujan reda, kapanpun, dimanapun saya berada, pelangi yang merona di tangga langit tercipta khusus untukku. Tak peduli orang lain melihat pelangi yang sama. Dan terserah saja Newton bilang tujuh warna, atau enam, atau lima. Bagiku, ia lebih dari sejuta. Sungguh, tidak ada yang tidak terencana. Terserah saja siapa bilang apa. Likat-likat diriku percaya, selepas hujan reda, pelangi merona dalam berjuta warna.  Aku pun teringat…“Allah memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan, pada waktu yang Dia kehendaki bukan yang kita rencanakan. Jika Dia memberi seperti yang kita inginkan & pada waktu yg kita rencanakan itu karena keinginan sesuai dengan kebutuhan & rencana kita seperti yang Dia telah kehendaki….”                                               
Q.S. al-Hadiid (57) : 21-22                                                                                                           
… hal itu telah benar-benar terbukti dalam kehidupanku.                                                            
                                              
Hasanuddin                                                                                                                                                
Alumni SMAN 1 Bekasi                                                                                                                           
Teknik Kimia Universitas Indonesia 2012                                                                                                

7 komentar:

  1. indah, sekali blog nya :)

    Salam kenal yaa dari iffah disini :)

    Saya seorang mahasiswa angkatan 2012 juga yang gagal di ITB ^^

    Sekarang di Politeknik Negeri Batam ... :)

    BalasHapus
  2. Bisa minta email nya gak,kak?saya juga Alhamdulillah diterima di teknik kimia tahun ini,mau nanya-naya tentang teknik kimia :)

    BalasHapus
  3. Waaah selamat ya Kak. Aku lagi bingung nih sekarang mau masuk apa. Aku pengen banget SNMPTN undangan di teknik geologi UGM, terus masih bingung pilihan keduanya apa, rencananya mau tejbik kimia UGM juga. Do'ain ya Kakk :)

    BalasHapus
  4. Sedih banget ka. Aku lagi ngerasain gimana degdegannya. Bismillah, makasih motivasinya;)

    BalasHapus
  5. makasih banget motivasinya, banyak kata kata yang menginspirasi saya dalam berjuang meraih ptn tahun 2016 ini... makasiiiih, keren banget deh bang hasan

    BalasHapus
  6. eh itu salah , Al-Hahadiid ayat 21-22 isinya bukan seperti itu... mohon untuk dikoreksi.

    BalasHapus
  7. Wih.. masuk 2012 , sekarang 2016 berarti udah lulus dong kak.. ceritain lagi dong kak tentang perjuangan nyari kerjanya sebagai lulusan tekim UI.. aku tungguin ya kak :)

    BalasHapus