Drop Out (Dari ITB)
Saat ini sedang ada diskusi mengenai drop out di
kampus ITB. Rektor ITB beberapa hari lalu diwawancara dan mengatakan bahwa 5-10%
mahasiswa ITB drop out. Penyebabnya umumnya bukan masalah otak tapi masalah
lain. Nah, kali ini saya ingin cerita tentang beberapa mahasiswa ITB yang drop
out yang saya ketahui.
Saya belum pernah menemui mahasiswa ITB yang drop
out karena tidak mampu secara intelektual. Berikut ini beberapa alasan.
Arogansi mahasiswa yang
bersangkutan. Yang ini kebetulan saudara saya sendiri. Dia sangat
pintar sekali sehingga dia menganggap rendah dosen-dosennya. Akibatnya dia tidak
mengerjakan tugas dan bahkan tidak ikut ujian. (Kok hanya segitu saja sih?
Demikian jalan pikiriannya.) Tentu saja dia tidak lulus.
Merasa ITB tidak memberikan
kontribusi. Yang ini ceritanya ada mahasiswa yang ingin konsultasi ke
saya. Dia mungkin tinggal satu tahun lagi kuliahnya, tetapi dia sudah mulai
menjalankan bisnis. (Saya tidak tahu bisnisnya apa.) Dia merasa bahwa bila dia
tinggal di ITB maka dia hanya menghabiskan waktu saja. Saya coba bujuki agar dia
menyelesaikan tugasnya, tetapi nampaknya dia tidak bergeming. Setahu saya dia
tidak menyelesaikan studinya.
Masalah finansial. Yang ini karena
mahasiswa yang bersangkutan harus menghidupi keluarganya sehingga dia harus
bekerja dan mengundurkan diri jadi mahasiswa (ITB). Ini yang membuat saya sedih.
Seharusnya tidak boleh ada gagal sekolah hanya karena masalah finansial. Tidak
boleh! (Hal yang mirip juga adalah mahasiswa yang beasiswanya tidak turun
sehingga dia terpaksa pindah ke luar negeri yang memberikan beasiswa.)
Masalah pribadi dan keluarga. Yang
ini juga ada. Karena sifatnya pribadi, saya tidak bisa saya sampaikan di sini.
Namun harus diakui bahwa masalah yang mereka hadapi bukan masalah yang mudah
diselesaikan. Ada mahasiswa saya yang berhasil selamat, tidak sampai DO.
Yang repot adalah kalau kita (dosen, wali) mau
membantu mahasiswa, kita memang harus mau ikut repot.
Memang ada kasus yang saya dengar bahwa mahasiswa DO
karena memang mahasiswanya manja. Lagi-lagi bukan masalah kemampuan otak.
Biasanya mahasiswa kaget karena di perguruan tinggi mereka harus mandiri.
Nah…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar