Selasa, 10 Juli 2012

KISAH MARJUQI - ILMU KOMPUTER UI

”Golok Yang Diasah”
Marjuqi Rahmat (Ilmu Komputer 2006)
Perkenalkan, saya Marjuqi Rahmat, temen-temenku biasa memanggilku Juki. Sekarang ini saya sedang menempuh studi di Ilmu Komputer Universitas Indonesia angkatan 2006. Saya lulus dari SMAN 1 Slawi tahun 2006. Kayak temen-temen SINTESA lainnya, pada tulisan ini saya juga ingin berbagi pengalaman perjuangan saya “Menembus gerbang Universitas Indonesia” kepada kamu semua, adik-adikku siswa-siswi kelas XII SMA di Tegal.
Saya yakin dengan membaca tulisan ini wawasanmu bakal bertambah mengenai liku-liku perjuangan masuk perguruan tinggi favorit, bahwa ternyata masuk perguruan tinggi favorit itu gak sesulit yang kamu bayangkan tapi juga gak segampang yang kamu harapkan. So, saya harap dengan tulisan ini kamu bakal termotivasi dan memiliki semangat membara buat berjuang lebih keras meraih masa depan cerahmu di perguruan tinggi favorit.
Saya mulai saja ya ceritanya.. ;)
Kerja atau Kuliah?
Pertanyaan itu muncul ketika saya mulai duduk di kelas 3 SMA. Ya, ketika saya pusing dengan persiapan UAN yang pelaksanaannya semakin hari semakin dekat, saya juga harus memikirkan ke mana gerangan diriku setelah lulus SMA. Bagiku pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sulit buat dijawab, pertanyaan yang harus dipikirkan bener-bener karena ini menyangkut ke arah mana hidupku nantinya setelah SMA. Berikut ini langkah-langkah strategis yang kuambil untuk menjawab pertanyaan itu:
1. Konsultasi dengan orang tua. Saya lakukan langkah ini supaya ngerti apa sih keinginan orang tua saya. Ketika itu saya yakin apapun yang diinginkan orang tua saya buat saya (selagi baik) pastilah itu yang terbaik. Ketika saya ngobrol dengan orang tua tentang masa depan saya, orang tua saya (terutama ayah) ternyata membebaskan saya untuk memilih, ”Terserah koen pan kerja apa pan kuliah, tapi koen ngerti dewek bapa wis ora sanggup mbiayani koen sekolah, apa maning yen koen kepengen kuliah juk.” Tiba-tiba saya terhenyak dan terharu. Dalam hati saya berteriak, ”Bapa, aku ora bakal ngecewakna Bapa!!! aku bakal berjuang nggo menggapai cita-cita”. Karena inilah semangat saya makin membara menjadi berpuluh-puluh kali lipat untuk memperjuangkan masa depan saya !!!
2. Cari informasi tentang dunia kerja kepada keluarga/guru/tetangga/temen-temen/kakak kelas yang telah lulus SMA/kenalan yang sudah bekerja. Ya, entah pekerjaan apapun itu, saya ambil informasi dan pengalamannya untuk menambah wawasan saya. Tak lupa sesekali saya juga browsing di Internet, saya cari tahu ragam pekerjaan apa saja yang ditawarkan untuk seorang lulusan SMA, persebarannya serta persaingannya.
3. Cari informasi tentang dunia kampus dan perkuliahan. Karena saya tidak punya saudara yang bisa saya tanya-tanya tentang dunia kampus dan perkuliahan, jadilah saya termasuk ”Penghuni setia” ruang BK (Bimbingan Konseling) SMAN 1 Slawi, yang mana di situ merupakan tempat berkumpulnya semua brosur dan informasi dari berbagai perguruan tinggi, negeri maupun swasta. Yups, hampir semua informasi tentang dunia kampus saya dapatkan dari sini. Saya baca program studi-program studi perguruan tinggi, saya juga cari tahu apa sih yang dipelajari di suatu program studi. Tak lupa saya juga nanya-nanya sama beberapa kakak kelas yang melanjutkan studinya ke perguruan tinggi.
Informasi-informasi di atas saya kumpulkan dan analisa. Dalam proses pencarian jawaban antara Kerja atau Kuliah ini, tak lupa saya juga berdoa pada Allah Ta’ala agar diberikan yang terbaik. Singkat cerita dengan penuh keyakinan akhirnya saya bulatkan tekad untuk kuliah, ya, melangkah berjuang menggapai perguruan tinggi. Selanjutnya, untuk sementara saya pun memutuskan untuk memilih Ilmu Komputer Universitas Indonesia sebagai Program Studi/Jurusan yang nanti saya pilih dan perjuangkan di SPMB 2006.
Pertanyaan kembali muncul dalam pikiran saya, “Apa saya bisa tembus SPMB masuk UI?”
1. Kemampuan Akademik
IQ saya pas-pas an. Saya gak ikut bimbel.
Pertanyaan itu menjadi pertanyaan mendasar bagi kesiapan akademik saya. Pada awalnya saya ragu banget, apakah bisa saya lolos SPMB masuk UI? Ketika itu saya langsung mencari tahu adakah media yang bisa menjadi latihan saya menaklukkan SPMB? Setelah nanya-nanya teman, akhirnya saya tahu bahwa ada buku untuk latihan-latihan SPMB. Saya pun memutuskan untuk segera membeli buku tersebut di toko buku terdekat. Ternyata harganya sangat murah untuk sebuah ‘media’ menggapai masa depan, yaitu kurang dari 30 ribu rupiah. Ketika itu saya juga mengumpulkan soal-soal ujian masuk perguruan tinggi lainnya yang saya dapatkan dari teman-teman. Ya, saya yakin ini ampuh untuk mempertajam dan meningkatkan kecepatan saya menaklukkan soal-soal SPMB kelak.
2. Biaya Kuliah
Biaya kuliah kan mahal. Darimana saya bisa membayarnya?
Kekhawatiran akan hal ini kelak hampir membuat saya mengurungkan niat untuk melanjutkan perjuangan masuk UI. Gimana tidak, biaya uang pangkal Ilmu Komputer UI adalah 25 juta (di SMA mungkin namanya uang gedung). Dari mana duit sebanyak itu bakal saya dapat? Gila! Udah jelas-jelas orang tua juga sudah “nyerah” buat ngebiayain saya kuliah. Biaya itu belum termasuk biaya semester awal yang ketika itu 1,5 juta dan juga biaya tetek bengek lainnya.
Kalo dihitung-hitung bisa mendekati 28 juta an, huff. Namun informasi yang saya dapat dari kakak senior yang sudah kuliah di UI, dibilang bahwa ”Biaya kuliah aja nggawe koen nyerah sedurung bertanding! Angger koen yakin bisa tembus SPMB mlebu UI, Insya Allah ning UI akeh bantuan sing siap mbantu koen koq, wis akeh buktine, aku dewek termasuk sing olih keringanan biaya kuliah. Angger koen nyerah ndisit, koen ora bakal maju-maju. Koen paham maksude peribahasa: di mana ada keinginan di situ pasti ada jalan, kan??”. Karena yakin dengan ucapannya, akhirnya untuk sementara waktu saya anggap dan tenangkan diri bahwa saya tidak punya problem dengan biaya kuliah nanti.
3. Biaya Hidup
UI kan berada di Jakarta, kota besar, pasti biaya hidup di sana tinggi.
Tidak berlebihan kalau ada pikiran seperti itu. Pada kenyataannya biaya hidup di kota besar memang tinggi. Biaya makan+minum rata-rata Rp. 300.000/bulan (makan 2 kali sehari), biaya kost/kontrakan rata-rata Rp.300.000/bln (1 kamar sendiri), belum lagi biaya transportasi, biaya komunikasi (pulsa), dll. Jika dihitung-hitung biaya hidup total perbulan bisa mencapai Rp. 800.000,-.
Untuk pertanyaan/masalah ini lagi-lagi saya juga mendapat jawabannya setelah mendapat informasi dari kakak senior di UI. Dia bilang bahwa UI menyediakan banyak bantuan/beasiswa bagi mahasiswanya yang berprestasi maupun dari latar belakang ekonomi tidak mampu. Beasiswa/bantuan ini beranekaragam besaran nominalnya, ada yang 200 ribu perbulan, 500 ribu perbulan dan bahkan ada yang 1 juta perbulan. Namun dia juga berpesan bahwa bagaimanapun juga UI tetap akan selektif terhadap para penerima beasiswa/bantuan, tentu agar tidak ada beasiswa yang salah sasaran. Selain itu, saya juga mendapat informasi sekaligus motivasi dari kakak senior yang sudah di UI, dia bilang “Kalo kamu sudah di UI, Insya Allah ada aja jalan untuk menutup biaya hidup. kamu bisa nyambi kerja ngajar private matematika anak SD, SMP atau SMA, nyambi dagang, atau yang lainnya”.
Sekedar informasi, seperti sekarang ini, selain kuliah, saya sendiri juga nyambi kerja ngajar private Matematika anak SMP dan nyambi kerja menjadi Admin Website Asrama UI. Alhamdulillah penghasilan yang diperoleh sudah cukup untuk menutupi biaya hidup sehari-hari. 
PERJUANGAN MEMPERSIAPKAN DIRI
Pada akhir Agustus 2005 (saya waktu itu kelas 3 SMA), SINTESA (Satu Ikatan Tegal Bersaudara, sebuah Ikatan Mahasiswa UI dan sekitarnya yang berasal dari Tegal) mengadakan Try Out SPMB 2006 di Kota Tegal. Dengan meminjam uang dari teman, saya bayar tiket Try Out seharga Rp. 10.000,- tersebut kemudian saya mengikuti Try Out nya. Mungkin ada yang bertanya, “untuk apa masih kelas 3 semester awal tapi ngikut Try Out SPMB?” Ya, niat saya waktu itu adalah pengen melihat bagaimana sih rasanya aura persaingan di SPMB dan sekalian menjajal misalkan saya ketika itu ikut SPMB beneran, apakah saya lolos masuk UI? Usai Try Out, saya melihat nilai saya ternyata jelek sekali, jadi misalkan ketika itu SPMB beneran maka SAYA TIDAK LOLOS SPMB !!!
Selain Try Out, ternyata SINTESA juga menjual buku berjudul “3 Kunci SPMB”. Buku itu ngebahas tuntas berikut solusi berbagai problem yang dihadapi anak-anak SMA ketika ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Yups, lagi-lagi karena kepengen ngirit duit yang memang sudah cekak, saya fotocopy tuh buku, lalu saya pelajari benar-benar.
Ok, setelah semua semakin mantap di hati, ditambah lagi dengan membaca buku 3 Kunci SPMB dari SINTESA + tamparan keras dari hasil Try Out SPMB saya, sekarang saatnya lah mempersiapkan diri sepenuhnya untuk bertempur di medan laga SPMB kelak. Saya mulai niat bersungguh-sungguh akan menyiapkan diri. Saya yakin bahwa “Practice Makes Perfect” maka hampir tiap hari saya selalu meluangkan waktu 2-3 jam untuk mengerjakan soal-soal SPMB dari buku yang udah saya beli dan beberapa fotokopian soal-soal ujian masuk perguruan tinggi lainnya.
Berhubung saya juga suka musik, ketika saya belajar, saya selalu mendengarkan radio untuk menemani saya belajar, yang kadang sampai larut malam. Hingga pernah ibuku menegurku, “Juki, kari bengi ora lunga-lunga buku-radio buku-radio” (Juki, kalau malam gak jauh-jauh dari buku dan radio-red). Rutinitas ini kulakukan terus-menerus selama semester pertama kelas 3 SMA. Asah, asah dan asah terus ketajaman menaklukkan soal-soal SPMB!
Awal semester 2 kelas 3 SMA, saya mendapat informasi dari BK (Bimbingan Konseling) SMAN 1 Slawi bahwa Panitia SPMB Pusat mengadakan Program Beasiswa bernama Beasiswa BMU (Beasiswa Mengikuti Ujian). Beasiswa ini diperuntukkan bagi siswa SMA dengan prestasi akademik baik serta berasal dari keluarga berkemampuan ekonomi tidak tinggi. Beasiswa ini menggratiskan penerimanya untuk mengikuti SPMB 2006, memberi uang saku (ketika itu Rp.100.000,-) dan misal si penerima nanti lolos SPMB 2006 maka Panitia SPMB akan menanggung biaya kuliah beserta biaya hidupnya (ketika itu tunjangan biaya hidup sebesar Rp. 150.000,-/bulan) selama 1 tahun pertama.
Awalnya saya sudah pesimis dahulu untuk mencoba BMU gara-gara nilai B. Inggris saya pernah kurang dari 7 ketika kelas 1 SMA (ini tidak memenuhi syarat yang diminta oleh Panitia Pusat SPMB tersebut). Alhasil waktu itu saya bener-bener tidak kepikiran untuk mencoba mengajukan BMU. Namun Allah SWT memang sudah mengatur segalanya. Waktu itu tanpa sepengetahuan saya, ada temen sekelas saya, Dina Ayu, yang merekomendasikan saya ke guru BK untuk diperjuangkan agar mendapatkan BMU.
Saya pun dipanggil guru BK, Bu Ratmi. Saya ungkapkan alasan kenapa saya tidak mencoba mengajukan beasiswa ini, Bu Ratmi pun mengerti. Namun Bu Ratmi mengatakan kepadaku bahwa beliau yakin mungkin saja ada faktor X yang bisa membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Saya paham maksud beliau. Tapi tetap, sebenarnya saya masih kurang yakin, namun saya bertanya pada diri saya sendiri, apakah kamu tidak mau berusaha juk?? Setelah perdebatan batin sendiri, akhirnya saya putuskan untuk mencoba mengajukan beasiswa ini. Keesokan harinya saya melengkapi form dan berkas yang diminta dalam pengajuan BMU tersebut. Berkas Beasiswa ini nantinya dikirimkan oleh BK ke Panitia Pusat Jakarta dan Panitia SPMB Pusat lah yang akan menyeleksinya.
Ok, kembali lagi ke rutinitas saya sehari-hari. Setiap harinya setelah Maghrib saya mengajar ngaji anak-anak kecil di Masjid dekat rumah saya. Niat saya ketika itu adalah menyebarkan ilmu yang saya punya sambil mencari Ridho Allah SWT serta berharap kebajikan tersebut bisa menjadi perantaraan turunnya RahmatNya dan dikabulkannya cita-cita saya. Sehabis Isya hingga larut malam biasa saya gunakan untuk latihan mengerjakan soal-soal SPMB + soal-soal UAN. Dan biasa, bersama radio yang menemani dan terkadang dengan segelas kopi.
Singkat cerita, kurang lebih sebulan sebelum UAN, saya mendapat kabar dari BK SMANSAWI (bu Ratmi) mengenai BMU. Saya pun dipanggil ke ruang BK. Awalnya beliau bertanya kepada saya beberapa hal, mengenai impian saya, tekad saya, dll. Akhirnya, perlahan beliau menyampaikan kepada saya bahwa beliau telah menerima surat keputusan dari Panitia Pusat SPMB dan disitu dinyatakan bahwa saya lolos menjadi salah satu penerima Beasiswa BMU. Alhamdulillaahiraabil ’Alamiin…Haru dan syukur pun tak sanggup kubendung lagi. Sambil membaca surat keputusan dari Panitia Pusat SPMB tersebut, hampir saja saya menangis di depan bu Ratmi. Ya Allah, rahmatMu memang tiada batasnya..
Setelah mendapatkan kabar baik tersebut, semangat saya menjadi semakin berapi-api. Saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Dalam hati kuberkata, ”Hei Juk, kamu sudah mendapat jaminan biaya kuliah dengan BMU, selangkah lagi kamu bisa masuk UI. Namun ingat, itu tak akan pernah terjadi jika kamu tidak lolos SPMB”. Yups, dengan kata lain, SAYA TIDAK BOLEH TIDAK LOLOS SPMB 2006 !!! Untuk itu SAYA TIDAK BOLEH TIDAK SIAP UNTUK SPMB 2006 !!!
Saya yakin teman-teman tahu maksudnya. Alhasil saya terus meng-gembleng diri agar siap sepenuhnya menghadapi SPMB 2006, terus, terus dan terus. Tak lupa saya juga mempersiapkan diri menghadapi UAN, hingga akhirnya saya dinyatakan lulus SMA pada Tengah Juni 2006. Singkat cerita sambil mengurus administrasi kelulusan SMA, seminggu 2 kali selama 2 minggu saya mengajar Ngaji Private di Slawi Wetan. Penghasilan yang di dapat cukup untuk biaya saya berangkat ke Jakarta. Alhamdulillah saya bisa sedikit meringkankan beban orang tua saya.
Setelah benar-benar resmi lulus dari SMA, saya segera berangkat ke Jakarta. Ayahku kebetulan mencari nafkah di Jakarta dan mengontrak bersama teman-temannya sehingga saya ikut beliau selama menunggu ”detik-detik” pelaksanaan SPMB hingga kelak menunggu pengumumannya (Awal Agustus 2006). SPMB 2006 sendiri dilaksanakan awal Juli 2006 dan kebetulan saya mendapatkan lokasi seleksi di dekat RSCM Cipto Mangunkusumo, dekat kampus Salemba UI, Jakarta Pusat. Seminggu sebelumnya saya mendaftar ulang ke Panitia Pusat SPMB di dekat kampus Salemba UI terkait diterimanya saya pada Program Beasiswa BMU.
Ini Time-Line Hal-Hal yang saya lakukan selama kelas 3 SMA.
Bulan Hal-Hal Yang Saya Lakukan
Juli-Agustus 2005 1. Mencari Informasi terkait Dunia Kerja dan Kuliah
2. Konsultasi dengan Orang Tua, guru BK
3. Ikut Try Out SPMB yang dilaksanakan oleh SINTESA
4. Latihan..Latihan dan Latihan (Soal-soal UAN)…
5. Memutuskan untuk Kuliah dan bukan langsung Kerja
Sept-Okt 2005 1. Membeli buku Latihan SPMB, pelajari dan kerjakan !
2. Memfotocopy buku 3 KUNCI SPMB, pelajari !
3. Latihan..Latihan dan Latihan (Soal-soal UAN)…
4. Latihan..Latihan dan Latihan (Soal-soal SPMB)…
Nop-Des 2005 1. Konsultasi dengan senior SINTESA
2. Latihan..Latihan dan Latihan (Soal-soal UAN)…
3. Latihan..Latihan dan Latihan (Soal-soal SPMB)…
Jan-Feb 2006 1. Mengajukan BMU
2. Latihan..Latihan dan Latihan (Soal-soal UAN)…
3. Latihan..Latihan dan Latihan (Soal-soal SPMB)…
Mar-Apr 2006 1. Latihan..Latihan dan Latihan (Soal-soal UAN)…
2. Latihan..Latihan dan Latihan (Soal-soal SPMB)…
Mei-Juni 2006 1. Ngajar Private Ngaji
2. Latihan..Latihan dan Latihan (Soal-soal SPMB)…
Hari yang dinantikan itu pun datang, hari pelaksanaan SPMB 2006, awal Juli 2006. Saya diantarkan Mbah Tasrif menggunakan Bajay menuju tempat ujian, SMA/SMK PSKD Jakarta Pusat. Sesampainya di depan ruang ujian, saya berdoa terlebih dahulu, meminta cahaya pikiran dan hati kepada Sang Maha Bercahaya, agar dengannya dijernihkan pikiran saya. Saya pun masuk ke ruang ujian. Soal Ujian dibagikan. Saya mulai mengerjakan. Satu soal tertaklukkan, 2 soal, 3 soal. Beberapa kali saya sempat mengusap dahi karena keluar keringat dingin, grogi.
Ya, ketepatan dan kecepatan mengerjakan soal diadu di sini. Buat apa mengerjakan cepat namun salah? Akan tetapi ”tergilaslah” yang mengerjakan tepat namun lambat. Secara keseluruhan saya berhasil mengerjakan soal-soal SPMB (yang dilaksanakan dalam 2 hari tersebut) dengan lancar, meski tidak semuanya bisa saya kerjakan.
Singkat cerita, akhirnya pelaksanaan SPMB 2006 sudah selesai. Sekarang tinggal menunggu pengumuman hasilnya yang akan dilakukan lewat Internet dan Media cetak/Koran pada tanggal 5 Agustus 2006. Selama masa penantian pengumuman, tinggal bersama orang tua dikontrakannya, saya isi dengan puasa-puasa Sunnah, Senin Kamis.
Hari berganti hari, Minggu berganti Minggu, hari pengumuman SPMB 2006 tersebut pun akhirnya datang juga. Waktu itu saya masih ikut ayah tinggal dikontrakannya, di Jakarta. Pagi-pagi habis Shalat Shubuh, perasaan saya mendadak menjadi tidak karuan, tidak tenang menunggu penjaja koran yang datang. Ya, saya berniat melihat pengumumannya dari koran saja. Karena hati ini tidak juga tenang, akhirnya saya ambil air wudhu dan Shalat Sunnah beberapa kali (Alhamdulillah suasana kontrakan pagi itu sepi, semua orang sudah berangkat bekerja termasuk ayah saya).
Dalam doa saya minta kepada Allah SWT untuk diberikan yang terbaik, ”Ya Allah Gusti Pangeran, aja sampe aku diterima ning UI angger UI dudu sing terbaik nggo aku..” Doa itu sebenernya selalu saya panjatkan, namun kali ini bener-bener kerasa getarannya..Ya, hari itu, tanggal 5 Agustus 2006, adalah hari di mana kehidupan saya yang baru akan dimulai, apapun itu.
Beberapa saat kemudian penjaja koran pun datang. Kubeli koran Warta Kota, namun saya tidak berani untuk langsung membacanya, dalam hati saya berkata, “Ini menit-menit yang menentukan..Ya Allah, kuatkan hati hamba..”. Saya ambil air wudhu lagi dan Shalat Sunnah 2 rokaat untuk berdoa dan berserah diri pada Sang Penentu, Allah Ta’ala. Setelah Shalat Sunnah, saya buka perlahan lembar demi lembar halaman pengumumannya, saya cari nama saya “MARJUQI RAHMAT”, jantungku berdetak kencang tak terkira.
Lembar pertama tidak kutemukan namaku. Jantungku berdetak makin tak karuan. Lembar kedua juga tak kutemukan. Jantungku makin berdegup kencang. Beberapa kali kulihat nama-nama teman se-SMA tertera di situ, itu artinya mereka lolos SPMB. Tapi apakah namaku akan ada di situ?? Kubuka lembar berikutnya.
Saya tak ingat persisnya di lembar ke berapa, akhirnya kutemukan namaku ”MARJUQI RAHMAT diterima di 221644 (Ilmu Komputer UI)”. Seketika itu saya sujud tersungkur di sajadah yang masih kududuki, sambil menangis sejadi-jadinya saya ucapkan berkali-kali ”ALHAMDULILLAHIRABBIL ’ALAMIN…” Dengan suara yang parau karena menahan suara tangis yang jika tidak ditahan maka akan membuat geger tetangga kontrakan. ”Ya Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang..Engkau telah menepati janjiMu..”. Langsung kukabarkan berita bahagia ini kepada ayah dan keluarga dikampung.
Haru dan bahagia bergolak menjadi bara api semangat dalam diriku untuk berjuang di Universitas Indonesia.
“Jika aku diberikan waktu 10 jam untuk menebang sebuah pohon besar dengan sebuah golok yang tidak tajam, maka akan kugunakan 8 jam untuk mempertajam golok tersebut”
(Sir Marjuqi Rahmat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar